"Allahu Goyyatuna,Rasullullah Qudwahtuna,Al Qur'an dusturuna,jihad sabiluna!!Allah tujuan kami,Rasullulah tauladan kami,Al qur'an pedoman kami,jihad jalan hidup kami!!"

Sabtu, 31 Oktober 2009

EMO


Emo kini semakin marak di dunia remaja. Emo style seakan-akan menjadi kiblat bagi remaja dalam berbusana. Lihat saja!! Hampir semua remaja baik laki-laki atau perempuan seakan belum merasa bangga jika belum menggunakan celana jins dengan bentuk “kaki botol”, aksesoris dengan model emo, style rambut yang juga konon bergaya emo. Bahkan sebagian dari mereka menggunakan “paham Emo “dalam keseharian mereka. Hebat nian pengaruh Si Emo!!
Lalu sebenarnya siapakah Emo itu??Istilah Emo berasal dari kata “Emotional” yang artinya emosi. Sebenarnya Emo tidak hanya sebatas model atau tata cara berbusana anak muda. Namun lebih dari cara dan pandangan hidup. Di negara asalnya, Amerika Serikat, para “Manusia Emo” memiliki komunitas sendiri, yang terdiri dari anak-anak muda yang terkucilkan dari lingkungannya , kurang perhatian dari orang tua, dan kurang mendapatkan kebahagian yang mereka inginkan. Bahkan dalam kehidupan sehari-hari para Emoners (sebutan untuk mereka) cenderung menjauh lingkungan dan pergaulan. Mereka cenderung pendiam, putus asa, tertutup dan seakan-akan membenci segala sesuatu, bahkan diri mereka sendiri. Komunitas ini juga terkenal dengan gaya hidup bebas, free sex, drugs, bunuh diri dan segudang catatan hitam. Tidak mengherankan, karena memang mereka terbentuk dari orang-orang yang penuh dengan masalah.

Lalu bagaimana dengan Emoners di Indonesia? Emo sendiri mulai masuk ke negeri kita sekitar tahun 2006. Sebelum merambah ke Indonesia, Emo terlebih dahulu merambah di negara-negara Asia lainnya, misalnya Jepang, Singapura, dan Cina. Khusus untuk Jepang, Emo telah bermetamorfosis menjadi Harajuku, yang memiliki gaya dan pandangan hidup tidak jauh berbeda . Emo juga telah menjadi masalah bagi Negara Matahari Terbit ini. Konon Jepang yang terkenal dengan semangat Samurai, yang disiplin, ulet, pantang putus asa, pekerja keras, jujur, merasa terganggu dengan dengan pandangan hidup Harajuku, yang cenderung mudah putus asa, suka berfoya-foya, pemadat, dan hidup semau mereka. Sungguh suatu hal yang mengerikan!! Untuk Indonesia, pandangan hidup kaum Emo juga mulai tertanam di hati para remaja. Lihat saja penampilan mereka, yang sangat-sangat menunjukan ciri khas kaum Emo. Namun yang sungguh mengherankan, gaya seperti ini bukan hanya merambah daerah perkotaan, namun juga daerahn pedesaan. Hal itu tidak mengherankan, karena pada zaman ini hampir semua daerah memiliki akses informasi dan komunikasi yang cepat, sehingga mempermudah penyebaran wabah Emo. Belum lagi kebiasaan kita yang selalu meniru penampilan Selebritis , yang seakan-akan menjadi patokan arah hidup kita. Yang menjadi kekhawatiran saat ini adalah pandangan dan gaya hidup Emo yang akan semakin memperparah moral bangsa ini. Jika di biarkan berlarut-larut maka tidak mustahil Indonesia akan menjadi bangsa yang rapuh dan mudah untuk di hancurkan.
Lalu apa yang harus kita lakukan untuk mencegah Wabah Emo?? Berikut hal-hal sederhana yang dapat kita lakukan:
1. Cintai budaya, busana, dan adat-istiadat negara sendiri.
Siapa bilang kita harus mencotoh semua budaya dari Barat jika ingin di katakan modern? Ingat saudaraku, bangsa kita adalah bangsa yang kaya dengan berbagi busana, budaya, dan istiadat. Bahkan karena terlalu banyak, sukar untuk sekedar mencatatnya. Bahkan negara lain berani mengklaim budaya kita, sebagi budaya mereka!! Lihat saja Malaisya yang mengatakan bahwa wayang, Tari Pedet, reorg Ponorogo sebagai budaya mereka!! Sunggu Ironis. Khusus untuk model busana, kita punya Batik yang terlalu indah untuk dibandingkan dengan Emo Style!! Bukankah lebih baik kita gunakan Kain Batik , yang jelas-jelas lebih indah, elegan, sopan ketimbang pakaian Emo yang melambnagkan orang-orang putus asa, dan terkucilkan?
2. Memegang teguh Islam
Komunitas Emo adalah kumpulan orang yang bermasalah. Baik dengan keluarga, orang tua ataupum dengan lingkungan. Emoners juga kumpulan orang yang rapuh, mudah putus asa dan rentan dengan maksiat. Semua hal tersebut tidak akan terjadi, jika kita tetap teguh memegang dan menaati ajaran Islam.
3. Jadi diri sendiri
Meniru adalah hal yang manusiawi bagi semua manusia. Dengan meniru manusia bisa menigkatkan derajat dan taraf hidup. Namun tidak semua yang di tiru berakibat baik bagi kita. Oleh sebab itu kita harus selektif dalam meniru suatu hal. Perahatikan dampak baik dan buruknya. Percayalah menjadi diri sendiri jauh lebih baik dari pada menjadi orang lain!!

Kamar kost, 30 oktober 2009

1 komentar:

Unknown mengatakan...

assalamu'alaikum wr wb.
afwan,
di tunggu posting terbarunya...

Bacalah dengan menyebut nama Allah